Mimisan (epistaksis) dapat terjadi kapan dan dimanapun, sesuai dengan data yang diperoleh dari suatu sumber , di USA terjadi lebih dari 800 ribu penduduk dengan kasus epistaksis atau dikenal dengan sebutan mimisan, datang ke unit emergency (IRD). Data lain menyebutkan, sebanyak 10-12% orang dewasa pernah mengalami satu kali hidung berdarahitu dalam satu tahun. Disebutkan juga, sebanyak 60 % orang dewasa pernah mengalami satu kali episode “mimisan” dalam hidupnya. Epistaksis adalah pendarahan dari kavum nasi. Epistaksis bukan penyakit, namun merupakan suatu gejala yang timbul akibat dari suatu gejala penyakit.
Penyebab
1. Lokal.
a. Idiopatik.
b. Trauma.
- Korek-korek hidung.
- Sisi atau bersin yang terlalu keras.
- Olah raga atau kecelakaan lalu lintas.
- Tindakan dokter dalam usaha mengeluarkan benda asing atau akibat operasi hidung.
c. Radang.
- Biasanya sekret hidung bercampur darah, misalnya pada rinitis akuta, sinusitis maksilaris, difteria nasi, ulkus lues, TBC, dan lepra.
2. Umum.
a. Penyakit darah, misalnya trombositopeni, hemofili, leukemia.
b. Penyakit pembuluh darah, misalnya arteriosclerosis, hipertensi.
c. Tekanan udara yang rendah pada posisi tinggi, misalnya di pegunungan, di pesawat terbang.
d. Penyakit infeksi dengan febris tinggi, misalnya influenza, tifusabdominalis, pneumonia, demam hemoragik.
e. Tekanan vena yang tinggi, misalnya pertusis, penyakit jantung pulmonal, tumor leher dan toraks.
f. Gangguan hormonal, misalnya menstruasi.
Lokasi Pendarahan
1. Anterior kavum nasi.
Pada anak-anak dan dewasa muda biasanya 80% berasal dari daerah anteroinferior septum nasi yang disebut Area little, di mana terdapat pleksus Kiesselbach, yang merupakan anastomosis pembuluh-pembuluh darah pada septum nasi. Daerah ini mudah dicapai jari tangan waktu korek-korek hidung.
2. Posterior kavum nasi
Pada hipertensi biasanya pendarahan terjadi pada pertengahan posterior konka inferior ( dari a sfenopalatina).
Pada karsinoma nasofaring dan angiofibroma nasofaring, pendarahan berasal dari nasofaring. Kadang-kadang asal perdarahan sulit ditentukan karena seakan-akan merembes dari dinding kavum nasi.
Terapi
Tindakan dibawah ini dikerjakan secara berurutan, bila cara sebelumnya tidak berhasil menghentikan pendarahan.
1. Bekuan darah dikeluarkan dengan cara sisi, sehingga asal perdarahan tampak. Disamping itu, bekuan darah akan menyebabkan pembuluh darah sulit vasokonstriksi sehingga perdarahan akan terus terjadi.
2. Jepit ala nasi 5-15 menit, biasanya berhasil bila perdarahan berasal dari pleksus Kiesselbach.
3. Masukkan kapas yang telah ditetesi dengan larutanTetrakain-efedrin 1% ke dalam kavum nasi selama 10 menit. Tetrakain untuk anestesi dan efedrin sebagai vasokonstriktor. Vasokonstriktor akan menimbulkan vasokonstriksi pembuluh darah sehingga perdarahan berhenti dan dapat mengecilkan konka sehingga kavum nasi menjadi lebih luas, dengan demikian sumber perdarahan akan dapat dilihat lebih jelas. Anestesi diperlukan untuk tindakan selanjutnya.
4. Kaustik dengan asam triklorasetik 100% mulai dari sekitar tempat perdarahan ke tengah (pleksus Kiesselbach).
5. Beri tampon boorzalf(vaselin + acidum boricum). Tampon dibuat dari kain kasa berupa pita dengan lebar ±1,5 cm dan dimasukkan ke dalam kavum nasiyang berdarah. Bila masih ada perdarahan, isikan juga tampon pada sisi yang sehat untuk manambah tekanan. Tampon dibiarkan 24 jam.
6. Tampon Belloque. Biasanya dipakai pada perdarahan yang berasal dari bagian belakang kavum nasi, koane atau nasofaring. Untuk menahan supaya tampon cukup padat dan tidak jauhke anterior maupun posterior dipasang penahan pada nares dan nasofaring. Tampon ini sering juga disebut antero-posterior nasal pack.
7. Ligasi arteri, yaitu biasanya a. karotis eksterna.
Disamping terapi lokal tersebut di atas, terapi umum sangat perlu yaitu infus, tranfusi darah dan pemberian antibiotik bila tampon dipasang lebih dari 24 jam.
Tuesday, February 23, 2010
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment