Kedengarannya lucu, namun itulah kenyataannya. Untuk membuat seorang perokok berhenti , ternyata ia harus dibuat marah dulu. Hal itu bukan omong kosong, melainkan berdasarkan fakta dan riset ilmiah.
Periset University of California menguji 20 orang, dan menemukan kadar nikotin terkait dengan reaksi kemarahan. Tapi, kadar tersebut tidak berlaku bagi orang yang memakai koyo nikotin. Peneliti menduga, perokok lebih mudah menjadi pemarah, dan mengelola amarah tersebut menjadi bagian penting dalam program menghentikan kecanduan rokok.
Jurnal Behaviora and Brain Functions menulis, untuk mencapai kesimpulan tersebut, peneliti meminta peserta studi main game komputer. Peserta dibagi menjadi 3 kelompok, yakni perokok, memakai koyo nikotin, dan koyo plasebo.
Setelah beberapa putaran, setiap kelompok itu boleh membuat kegaduhan, dengan volume suara yang disusun sebelumnya. Studi menemukan, peserta yang tidak memakai koyo nikotin, ternyata bereaksi dengan kegaduhan tersebut. Peneliti percaya, nikotin mempengaruhi bagian di otak yang bertanggungjawab tehadap emosi.
Menurut peneliti, pada umumnya perokok merupakan orang yang sukar untuk tenang. Sedikit saja gelisah, mereka akan menyalakan rokok supaya bisa menenangkan diri.
Sekitar 1 dari 4 orang di Negara-negara barat saat ini merupakan perokok. Jumlah perokok konstan dalam beberapa tahun terakhir, setelah satu dekade lalu jumlah perokok cenderung turun.
Ketua peneliti , Jean Gehricke, M.D mengatakan, pengobatan dengan terapi perilaku, misalnya latihan mengelola amarah membantu pecandu rokok untuk mengurangi rasa ketagihannya.
Program berhenti merokok yang digiatkan NHS menggunakan kombinasi terapi pengganti nikotin dan konseling untuk membantu perokok berhenti, namun manajemen amarah belum pernah di uji coba.
Juru bicara NHS mengatakan, hasil penelitian tersebut menarik ditindaklanjuti dan layak dicoba NHS. “ Sejauh ini, metode yang kami gunakan berhasil untuk membantu perokok berhenti. Dengan dukungan NHS, perokok 4 kali lebih besar berhenti merokok.
Organisasi kesehatan dunia (WHO) hingga kini terus mengkampanyekan program pengendalian tembakau melalui Framework Cinvention on Tobacco Control (FCTC). Apalagi, rokok merupakan salah satu pemicu utama masalah kesehatan termasuk menjadi pembunuh utama melalui kanker paru.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment